Monday, July 3, 2017

Pengelolaan Kelas

          Pengelolaan kelas yang efektif akan memaksimalkan kesempatan pembelajaran murid (Charles, 2002; Everstson, Emmer, & Worsham, 2003). Manajemen kelas yang mengorientasikan murid pada sikap pasif dan patuh pada aturan ketat dapat melemahkan keterlibatan murid dalam pembelajaran aktif, pemikiran, dan konstruksi pemikiran sosial (Charles & Senter, 2002). Tren baru dalam manajemen kelas lebih menekankan pada pembimbingan murid untuk lebih mau berdisiplin dan tidak terlalu menekankan pada kontrol eksternal atas murid (Freiberg, 1999). Dalam tren yang lebih menekankan pada pelajar, guru lebih dianggap sebagai pemandu, koordinator dan fasilitator. Mode pembelajaran yang baru bukan mengarah pada mode permisif.
            Dalam menganalisis lingkungan kelas, Walter Doyle (1986) mendeskripsikan enam karakteristik yang merefleksikan kompleksitas dan potensi problemnya :
1
11.   Kelas adalah multidimensional
Kelas adalah setting untuk banyak aktivitas (akademik, sosial, dan berdebat). Tugas harus diberikan, dimonitor, dikoreksi, dan dievaluasi.

22.   Aktivitas terjadi secara simultan
Satu cluster murid mungkin mengerjakan tugas menulis, yang lainnya mendiskusikan cerita bersama guru, dan murid lainnya mengerjakan tugas yang lain, dan lain-lain.

33.      Hal-hal terjadi secara cepat
Kejadian sering kali terjadi di kelas dan membutuhkan respons cepat. Misalnya dua murid yang berdebat, mengeluh, menyontek, mengejek, mencoret-coret, dan sebagainya.

44.      Hanya ada sedikit privasi
Kelas adalah tempat publik di mana murid melihat bagaimana guru mengatasi masalah, melihat kejadian yang tidak terduga, dan mengalami frustrasi.

55.      Kelas punya sejarah
Murid punya kenangan tentang apa yang terjadi di kelas pada waktu dahulu. Mereka ingat bagaimana guru menangani perilaku yang bermasalah, bersikap pilih kasih, dan bagaimana guru menepati janjinya.

66.      Kejadian sering kali tidak bisa diprediksi
Meskipun membuat rencana dengan hati-hati dan rapi, kemungkinan besar akan muncul kejadian di luar rencana : alarm kebakaran berbunyi, seorang murid sakit, dua murid berkelahi, komputer rusak, pertemuan tak terduga, dan lain-lain.

“Prinsip Penataan Kelas“
Berikut ini empat prinsip dasar yang dapat dilakukan untuk menata kelas (Evertson, Emmer, & Worshman, 2003) :
Ÿ Kurangi kepadatan di tempat lalu-lalang
Ÿ Pastikan bahwa anda dapat dengan muda melihat semua murid
Ÿ Materi pengajaran dan perlengkapan murid harus mudah diakses
Ÿ Pastikan murid dapat dengan mudah melihat semua presentasi kelas

“Gaya Penataan Ruang Kelas”
1. Gaya auditorium = dimana semua murid duduk menghadap guru.
2. Gaya tatap muka = dimana murid saling menghadap.
3. Gaya off-set        = dimana sejumlah murid (biasanya tiga atau empat murid) duduk di                                                         bangku, tetapi tidak duduk berhadapan satu sama lain.
4.     Gaya seminar = dimana sejumlah besar murid (sepuluh atau lebih) duduk di susunan                                          berbentuk lingkaran, atau persegi, atau berbentuk U.
     5.     Gaya klaster    = dimana sejumlah murid (biasanya empat sampai delapan anak)                                                               bekerja dalam kelompok kecil.

Thomos Gordon (1990), mengatakan bahwa huubungan guru dan siswa dikatakan baik apabila hubungan itu memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
1.    Keterbukaan, sehingga baik guru maupun siswa saling bersikap jujur dan terbuka diri satu                    sama lain
2.    Tanggapan bilamana seseorang tahu bahwa dia dinilai oleh orang lain.
3.    Saling Ketergantungan, antara satu dengan yang lain
4.    Kebebasan, yang memperbolehkan setiap orang tumbuh dan mengembangkan keunikannya,                kreativitasnya, dan kepribadiannya
5.    Saling memenuhi kebutuhan, sehingga tidak ada kebutuhan satu orang pun yang tidak                          terpenuhi.
3 C dalam manajemen kelas dan sekolah :
ü Cooperative community
ü Constructive conflict resolution

ü Civic values 

0 comments:

Post a Comment